Masyarakat masih andalkan emas
Oleh Dyah Megasari - Sabtu, 16 November 2013 | 15:33 WIB
Masyarakat Indonesia sudah sangat familiar dengan logam mulia satu ini,
emas. Itulah sebabnya, di beberapa pialang investasi emas menjadi
komoditas yang memiliki volume transaksi tertinggi.
Padahal,
dalam perdagangan bursa komoditas (PBK) dan bursa berjangka, Indonesia
memiliki banyak produk nonfinansial yang menyimpan peluang menarik,
karena banyak pelaku bisnis yang membutuhkan, seperti olein, cacao, dan
timah.
Adalah PT Jalatama Artha Berjangka (JAB), salah satu
pialang yang terdaftar resmi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), yang
memiliki volume perdagangan emas cukup tinggi. Direktur Utama JAB Jacob
Ongkowidjojo ditemui Kompas.com, Jumat (14/11/2013) menuturkan,
hal itu dikarenakan komoditas tersebut diperdagangkan dalam dua sistem,
bilateral dan multilateral.
“Masyarakat juga lebih familiar dengan emas,” ujar Jacoeb.
Saat
ini di BBJ, emas diperdagangkan dengan satuan 1 kilogram per lot, 250
gram per lot, dan 100 gram per lot. Dengan satuan seberat ini, emas
menduduki peringkat teratas sistem perdagangan bilateral, dengan
penawaran kontrak Loco London Gold (Loco).
Menyusul emas, dalam sistem perdagangan bilateral ada kontrak Forex (foreign exchange)
atau valuta asing dan Index Saham (stock index) yang bergantian saling
mendominasi. Menurut Jacoeb, kondisi itu lantaran keduanya sangat
terpengaruh faktor riil. Ketika saham sangat bergejolak, pasar bermain
ke Forex, bursa yang bergerak.
“Emas relatif konstan di posisi teratas karena dia punya karakteristik sendiri sebagai objek investasi,” imbuh Jacoeb.
Sementara
itu, sistem perdagangan multilateral di JAB didominasi komoditas olein,
produk turunan crude palm oil (CPO). Jacoeb mengungkapkan kenapa emas
tidak terlalu besar dalam perdagangan multilateral dikarenakan satuan
emas yang besar, sehingga tidak bisa dipasarkan secara retail. Emas
justru menduduki peringkat kedua, disusul cacao, dalam perdagangan
multilateral.
Diakui Jacoeb, perdagangan multilateral baru
mengambil porsi 10 persen dari keseluruhan rata-rata transaksi per bulan
yang mencapai 15.000 lot. Untuk meningkatkan volume transaksi
perdagangan emas tersebut, JAB bersama BBJ saat ini tengah menyusun
spesifikasi yang lebih kecil untuk komoditas emas, yang terdiri dari 5
gram per lot, 10 gram per lot, dan 25 gram per lot.
“Sebagai
pialang dan pemegang saham (BBJ), multilateral diusahakan bisa
menyeimbangi bilateral. Membuat produk yang lebih marketable, dan
mendiversifikasi produk sehingga menjangkau pasar yang lebih luas,”
ujarnya . (Estu Suryowati/Kompas.com)
Sumber : http://investasi.kontan.co.id/news/masyarakat-masih-andalkan-emas
Investasi emas harus diperusahaan yang sudah terbukti dari pemerintah, agar aman dan terhindar dari penipuan. Salah satu yg terbukti baik adalah PT. Jalatama.
BalasHapusBagus infonya
BalasHapusbanyak daerah di indonesia yang mempunyai kekayaan seperti emas,misalnya di papua tapi kenapa malah negara lain yg membeli dan mengolah kekayaan Indonesia.
BalasHapussebenarnya Indoesia juga mampu dalam mengelola kekeyaan yg dimilikinya tapi mungkin Indonesia kurang didukung system dalam mengelola atau juga karena para pelakunya yang terlalu tamak dalam memperjual belikan kekayaan Indonesia.