detik.com

Rabu, 22 Desember 2010

IHSG Siap-Siap Lanjutkan Penguatan!

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bakal melanjutkan penguatannya. Investor tampak bakal melakukan aksi beli mengingat sentimen regional mulai membaik.

"Walaupun IHSG masih ditutup di bawah EMA-20, namun terbuka peluang terjadi rally lanjutan mengingat adanya pertumbuhan minat beli yang ditunjukkan oleh golden cross pada stochastic," jelas Trimegah Securities dalam risetnya kepada okezone di Jakarta.

Membaiknya sentimen pasar seiring dengan mulai meredanya kekhawatiran investor terkait krisis Korea, kata Truimegah menjadi pendorong penguatan bursa regional maupun global. Hal ini menjadi katalis bagi IHSG yang berhasil rebound dan menguat cukup signifikan, dengan ditopang naiknya saham-saham berbasis komoditas.

Menurutnya, IHSG hari ini akan bergerak pada kisaran 3.609-3.663, dengan saham unggulan PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO), PT Indika Energy Tbk (INDY) serta PT London Sumatera Plantations Tbk (LSIP).

Hal yang senada juga diungkapkan oleh eTrading Securities, dia menilai dari stochastic terlihat IHSG telah melakukan golden cross dan dari RSI juga terlihat telah memasuki wilayah bullish kembali sehingga besar kemungkinan IHSG akan kembali menguat pada hari ini.

"IHSG juga terlihat telah kembali diatas MA 60," imbuhnya.

Hari ini, eTrading memperkirakan IHSG akan berada dalam kisaran 3.565-3.664 dengan saham-saham yang dapat diperhatikan antara lain PT Indofood Sukses makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Gajah Tunggal Tbk

Kamis, 16 Desember 2010

Ambles 31 Poin, IHSG Ditutup Tak Berdaya

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bangkit dari keterpurukannya dalam perdagangan yang terbilang lesu hari ini. Investor cenderung bersikap hati-hati ditengah-tengah sentimen negatif yang masih membayangi pasar global dan regional.

IHSG, Rabu (15/12/2010) sore ambles 31,36 poin atau 0,85 persen ke 3.658,31. Indeks LQ 45 pun turun 5,44 poin ke 654,82, dan Jakarta Islamic Index (JII) juga kompak turun 3,51 poin ke 522,64.

Bursa Asia hinga sore ini terus melanjutkan pelemahannya, di mana indeks Nikkei 225 melemah 6,99 poin atau 0,07 persen ke 10.309,78, Hang Seng makin terperosok 455,84 poin atau 1,95 persen ke 22.975,35 dan Strait Times turun 23,04 poin atau 0,73 persen ke 3.153,87.

Bursa Eropa juga diawal perdagangannya serempak bergerak negatif dimana indeks FTSE 100 turun 23,67 poin atau 0,4 persen ke 5.866,41, DAX ambles 45,08 poin atau 0,65 persen ke 6.980,28 dan CAC 40 turun 24,25 poin atau 0,62 persen ke 3.878,37.

Sementara itu sektor-sektor pendukung indeks juga masih kompak di jalur merah. Sektor perkebunan ambles hingga 48,36 poin, diikuti sektor pertambangan yang anjlok 23,09 poin serta sektor konsumsi turun 16,29 poin.

Volume perdagangan tercatat 4,148 miliar lembar saham dengan nilai transaksi Rp4,303 triliun. Sebanyak 66 saham menguat, 170 saham melemah, dan 84 saham tidak mengalami perubahan harga. Adapun pada hari ini asing melakukan net selling sebesar Rp254,517 miliar.

Saham-saham yang bergerak menguat (top gainers) di antaranya PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) naik Rp500 ke Rp9.200, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) naik Rp400 ke Rp13.350, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik Rp300 ke Rp51.000

Sedangkan saham-saham yang bergerak melemah (top lossers) di antaranya PT Petrosea Tbk (PTRO) turun Rp5.000 ke Rp30.000, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) turun Rp1.200 ke Rp3.800, dan PT Indospring Tbk (INDS) turun Rp1.000 ke Rp10.000.

Jumat, 03 Desember 2010

Akhir Tahun, Ekspor CPO Diproyeksi Tembus USD15 M

Okezone.com
NUSA DUA - Ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya diproyeksi akan mencapai USD15 miliar hingga akhir tahun ini.

Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menjelaskan, proyeksi tersebut karena melihat adanya peningkatan permintaan pada dua bulan terakhir. Pasalnya, terjadi peningkatan permintaan pada bulan Desember 2009. CPO, kata Mahendra, merupakan energi terbarukan dan memiliki potensi untuk mengalami peningkatan lebih besar lagi.

 “Yang harus kita tekankan adalah nilai tambah dan value change. Jadi tidak hanya volume. Maka, kita akan lihat apakah implikasinya justru yang derivatif dipakai di dalam negeri atau tetap diekspor. Bukan semata-mata nilai ekspor,  tapi produksinya. Ekspor hanya salah satu penyaluran dari output yang dihasilkan bukan sebagai target,” kata Mahendra usai acara 6th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2011 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis (2/12/2010).

Ditemui di tempat sama, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan memprediksikan, ekspor CPO dan produk turunannya akan mencapai sebanyak 16 juta ton sepanjang tahun ini, atau melebihi target awal yang hanya 15 juta ton. Pada 2009, ekspor CPO dan produk turunannya sebesar 9,56 juta ton. Hingga Agustus 2010, ekspor CPO dan turunannya sudah mencapai 9,7 juta ton.

"Sampai akhir tahun, akan melebihi 15 juta ton, mudah-mudahan mencapai 16 juta ton. Sehingga, angka USD14-15 miliar sangat mungkin bisa dicapai," kata Fadhil.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan, tingkat permintaan CPO di dunia mengalami kenaikan sebesar 7-11 persen setiap tahun. “Ada sebuah berita baik, dimana pasar naik, permintaan menguat, ekonomi semakin ekspansif, dan pasarnya meluas. Ini juga terjadi di kelapa sawit. Saya percaya krisis telah usai," kata Bayu.

Menurut Bayu, Indonesia harus bisa memenuhi jenis kebutuhan pasar yang berbeda-beda. Selain itu, kata Bayu, Indonesia juga harus bisa melakukan pengembangan produk lain diluar sawit, seperti biofuel. "Biofuel mulai menggerakkan permintaan pasar dunia, seperti di India dan China," ucap Bayu.

Bayu mengungkapkan, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh industri sawit nasional pada tahun 2011, yang diantaranya adalah perubahan iklim yang sangat sulit untuk diprediksi. Selain itu, akan ada berbagai kebijakan baru, seperti EU directive yang mulai dilakukan pada 5 Desember di Eropa.

Pada tahun depan, lanjut Bayu, banyak broker saham yang akan melirik pasar komoditas, seperti minyak sayur dan minyak nabati. "Sehingga, warga CPO pun akan meningkat," kata Bayu.

Sementara itu, Menko Perekonomian Hatta Radjasa menyatakan, minyak sayur dan biofuel dunia akan mempengaruhi permintaan sawit nasional. Pemerintah, lanjut dia, berharap harga sawit bisa terus stabil dan kompetitif. Hatta menjelaskan, sektor industri sawit nasional mempunyai banyak kontribusi, terutama dalam menciptakan lapangan pekerjaan terutama di daerah-daerah pedalaman. Dimana pada saat ini, kata Hatta, terdapat sekira 1,5 juta orang kepala keluarga yang bekerja secara langsung di industri sawit. Selain itu, industri sawit juga telah menyumbang pendapatan non ekspor sebesar USD10 miliar.

Hatta menjelaskan, untuk mendorong permintaan dunia dan domestik, maka pemerintah tengah memetakan kluster industri sawit di Indonesia, seperti Riau dan Kalimantan Timur. Maka dari itu, pemerintah, lanjut dia, akan memfasilitasi, mulai dari infrastruktur dasar hingga insentif.