detik.com

Senin, 04 Februari 2013

Euro Kuat, Dolar Naik Vs Yen Pasca Data Nonfarm


Euro mencapai tertinggi 14-bulan terhadap dolar AS dan 33-bulan terhadap yen pada Jumat kemarin, mendapat manfaat dari data manufaktur zona euro yang lebih kuat dari perkiraan dan harapan kebijakan moneter longgar dari Washington dan Tokyo.
Data pekerjaan AS pada Jumat menegaskan kembali harapan Federal Reserve AS akan mempertahankan kebijakan stimulus moneter, sehingga membuat greenback kurang diminati.
Ekspektasi Bank of Japan akan melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut memperpanjang penurunan yen, menempatkannya pada terendah 2-1/2 tahun terhadap dolar AS.
Rallty di ekuitas AS menambah momentum seiring investor melepaskan mata uang safe haven Jepang, dan meskipun pertumbuhan ekonomi moderat, membuat euro lebih menarik secara relatif.
Ekonomi AS menambahkan 157.000 pekerjaan bulan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, sedikit di bawah ekspektasi pasar dan tingkat pengangguran naik tipis menjadi 7,9%. Tapi pertumbuhan pekerjaan dua bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi.
Euro naik setinggi 1,3711, terkuat sejak pertengahan November 2011. Terakhir di 1,3643, naik 0,48% pada hari. Pada minggu ini, euro menguat sekitar 1,4% terhadap dolar AS.
The Fed pada Rabu mengatakan pihaknya akan mempertahankan suku bunga mendekati nol sampai tingkat pengangguran menyentuh 6,5%, asalkan inflasi tidak mengancam melebihi 2,5%.
Pembelian obligasi dan kebijakan moneter longgar The Fed telah menekan dolar, dan analis mengatakan dolar akan mempertahankan bias negatif asalkan bank sentral AS terus berada di jalur tersebut.
Dolar naik 1% menjadi 92,70 yen, tak jauh dari sesi tertinggi 92,96 yen di akhir perdagangan New York. Ini adalah tingkat terbaik greenback terhadap yen sejak Mei 2010. Untuk minggu ini, dolar naik 2% dan setelah kenaikan 12 minggu berturut-turut sampai 16,6% pada mata uang Jepang.
Dolar memperpanjang kenaikan terhadap yen setelah data AS menunjukkan laju pertumbuhan manufaktur meningkat pada bulan Januari ke level tertinggi dalam sembilan bulan, sementara sentimen konsumen AS secara tak terduga meningkat pada bulan Januari.
Menjual yen telah menjadi ekspektasi satu arah, dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memberikan tekanan tanpa henti terhadap Bank of Japan untuk melonggarkan kebijakan moneter agresif agar ekonomi keluar dari pelemahan selama satu dekade.