Pengiriman minyak sawit dari Indonesia, penghasil terbesar
di dunia, berpotensi jatuh ke level
terendah dalam empat bulan pada bulan Februari setelah pembeli lebih berpaling
ke Malaysia akibat perpanjangan pembebasan bea pengiriman untuk menghabiskan
stok gudang.
Ekspor mungkin akan turun 5,6 persen menjadi 1,51 juta
metrik ton dari Januari, menurut median estimasi dari tiga perusahaan
perkebunan, seorang analis dan satu refiner yang disusun oleh Bloomberg. Output
dapat menurun 8 persen menjadi 2 juta ton, sedangkan persediaan menurun 14
persen menjadi 3 juta ton.
Malaysia, produsen terbesar kedua, mengatur pajak atas
ekspor minyak mentah pada nol untuk bulan Januari dan Februari setelah pembenahan
tarif untuk mencoba menghapus cadangan. Harga di Kuala Lumpur, yang jatuh 23
persen tahun lalu terakumulasi sebagai stok, telah naik 2,8 persen pada tahun
2013 di tengah spekulasi bahwa kepemilikan akan turun sejalan dengan ekspor meningkat dan ketatnya pasokan. India, pembeli terbesar,
memperkenalkan tarif impor bulan lalu, sementara Indonesia menaikkan pajak
ekspor untuk Februari.
"Malaysia lebih kompetitif," kata Eddy Martono,
seorang direktur di Jakarta berbasis perkebunan PT Mega Karya Nusa. "Kami
terkena pajak berganda, dengan India memberlakukan tarif impor dan Indonesia
menaikkan pajak ekspor."
Asosiasi Minyak Sawit Indonesia, yang dikenal sebagai Gapki,
akan merilis estimasi untuk ekspor bulan Januari pada akhir bulan ini, dan diikuti
dengan perkiraanFebruari di Maret. Gapki memperkirakan harga akan rally tahun
ini dengan meningkatnya permintaan, Gapki sendiri tidak mengeluarkan data
output atau cadangan. Cadangan sebesar 3,5 juta ton pada bulan Januari, menurut
survei Bloomberg sebelumnya, adalah yang terbesar sejak survei mulai Mei lalu.
‘Perhatian utama'
"Persediaan yang tinggi merupakan keprihatinan
besar," kata Helmy Kristanto, analis PT Danareksa Sekuritas, yang tidak
memberikan kontribusi untuk survei. "Tapi biasanya output jatuh pada bulan
Januari dan Februari, dan stok mengikuti tren ini" karena perkebunan
memasuki siklus produksi yang rendah, katanya melalui telepon.
Futures di Malaysia Derivatives Exchange, sebagai patokan
regional, berakhir pada 2.505 ringgit (US $ 812) per ton kemarin, turun 2,2
persen setelah Dewan Minyak Sawit merilis data Januari untuk cadangan,
pengiriman dan output. Persediaan turun 1,9 persen dari rekor menjadi 2,58 juta
ton, penurunan yang lebih kecil dari perkiraan. Ekspor menurun 1,6 persen
karena produksi turun 10 persen.
Indonesia, mengatur bea keluar pada 9 persen untuk bulan ini
dari 7,5 persen pada Januari, akan menjaga kebijakan pajak untuk saat ini,
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan pada 7 Februari. India,
pembeli kelapa sawit terbesar, memperkenalkan tarif 2,5 persen pada impor bulan
lalu untuk melindungi petani biji minyak lokal.
Harga di Malaysia semestinya turun pada kuartal kedua,
kemudian akan rebound karena "persediaan tidak mungkin bertahan
lama," kata HSBC Holdings Plc dalam laporannya pada 7 Februari. Dwight
Anderson, pendiri hedge fund Ospraie Management LLC, mengatakan pada Desember
bahwa Sawit adalah salah satu top picks nya komoditas untuk 2013.
Ekspor Februari untuk Indonesia diperkirakan akan menjadi
terendah sejak Oktober, ketika pengiriman mencapai 1,42 juta ton, menurut data
dari Gapki. Direktur Eksekutif Fadhil Hasan mengatakan dalam sebuah wawancara pada
Februari 5 harga mungkin akan rebound tahun ini karena pulihnya tingkat
permintaan dari India dan Cina.
(Sumber:
Bloomberg)
ini dia nih.....
BalasHapus